Diet serangga memiliki tingkat konversi makanan yang tinggi.
Misalnya, jangkrik membutuhkan pakan enam kali lebih sedikit daripada sapi, empat kali lebih sedikit dari domba, dan dua kali lebih sedikit daripada babi dan ayam untuk menghasilkan jumlah protein yang sama.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), serangga yang dapat dimakan mengandung protein, vitamin, dan asam amino berkualitas tinggi untuk manusia.
Selain itu, mereka mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia daripada ternak konvensional.
Serangga dapat tumbuh pada sampah organik.
Karena itu, serangga merupakan sumber potensial untuk produksi protein konvensional (ternak mini), baik untuk konsumsi langsung manusia atau tidak langsung dalam makanan yang dikomposisi ulang (dengan protein yang diekstraksi dari serangga), dan sebagai sumber protein ke dalam campuran bahan baku.
Tidak benar bahwa memakan serangga adalah sesuatu yang dilakukan manusia hanya ketika mereka kelaparan.
Banyak budaya di belahan dunia menghargai rasa dan tekstur serangga.
Mengutip dari The Conversation, makan serangga itu efisien, baik untuk lingkungan, meningkatkan kesejahteraan, hewan dan mengurangi risiko penyakit pada manusia.
Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1.
Konversi Pakan yang Efisien Jumlah pakan yang perlu disediakan untuk mendapatkan makanan hewani sangat bervariasi tergantung pada spesiesnya.
Ikan predator mahal untuk dipelihara dalam budidaya karena mereka perlu diberi makan ikan sehingga herbivora lebih efisien.
Sebanyak 10 kilogram pakan akan menghasilkan hingga 9 kilogram serangga yang lebih dari 95 persen dapat dimakan.
Jika kita ingin menemukan cara untuk menghasilkan lebih banyak protein dengan lebih sedikit kalori, serangga adalah jalan yang harus ditempuh.
2.
Penghematan air Pertanian mengkonsumsi 70 persen air di seluruh dunia dan produksi protein hewani membutuhkan air 100 kali lebih banyak daripada protein dari biji-bijian.
Ini termasuk air yang digunakan untuk menumbuhkan biji-bijian untuk memberi makan hewan.
Dengan metode perhitungan ini, 1 kilogram ayam membutuhkan 3.500 liter air dan 1 kilogram daging sapi membutuhkan antara 22.000 dan 43.000 liter air.
Serangga membutuhkan jauh lebih sedikit dan dapat tumbuh sepanjang kekeringan.
3.
Berkurangnya Risiko Penyakit Pikirkan tentang infeksi yang berpindah dari hewan ke manusia dan telah menakuti kita semua seperti flu babi, flu burung, atau penyakit sapi gila.
Infeksi ini disebut zoonosis dan mereka menyebar karena kita cukup mirip dengan ternak kita untuk dapat tertular penyakit mereka.
Serangga memiliki risiko yang jauh lebih rendah untuk menularkan penyakit kepada kita.
Kelemahan yang bisa ditemukan adalah memakan serangga segar yang dikumpulkan di alam liar dapat berisiko mengonsumsi pestisida.
MALINI