Perhelatan pameran kerajinan berskala internasional bertajuk Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (JIFFINA) akhirnya kembali digelar di Yogyakarta lagi pada 20 hingga 23 Agustus 2022.
Event pendorong sektor turunan wisata yang sempat vakum selama pandemi Covid-19 itu tetap dipusatkan di Jogja Expo Center (JEC) dan diikuti 800 lebih pembeli atau buyer yang diundang dari berbagai negara.
“Sebelum pandemi, Yogya selain dikenal sebagai destinasi unik di Indonesia, juga dikenal sebagai produsen cenderamata dan kerajinan atau kriya unik yang diminati masyarakat dunia,” kata Ketua Forum JIFFINA Jawa Bali Timbul Rahardjo, Sabtu, 20 Agustus 2022.
Bahkan, kata Timbul, dengan banyaknya produsen dan perajin kerajinan itu, Yogyakarta juga dijuluki Mekkah-nya atau salah satu pusatnya seni kriya dunia.
Hal ini diikuti dengan arus ekspor kerajinan yang cukup besar dari Yogya ke mancanagara termasuk saat masa pandemi Covid-19.
“Dari event internasional ini, kami ajak sekitar 200 pelaku industri kerajinan di Yogya tampil secara langsung agar bisa presentasi sekaligus bertemu ratusan buyer mancanegara,” ujar dia.
Timbul mengatakan, cendermata kerajinan sebagai penyokong sektor wisata, kondisinya pasca pandemi ini semakin kompetitif.
Kondisi ini terutama berada di pasar-pasar Eropa, Amerika dan Korea hingga berkembang di pasar Timur Tengah.
“Dengan arus kunjungan wisata lokal dan mancanegara yang perlahan pulih ini, penguatan sektor turunan wisata juga perlu kembali bangkit,” kata dia.
Apalagi, sejak Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) beroperasi normal kembali dan mulai dibangunnya sejumlah akses jalan tol diprediksi kian turut memperlancar mobilitas wisatawan.
“Maka event seperti ini harus hadir, menyajikan karakteristik berbeda, melihat langsung kondisi pasar wisatawan,” Timbul menambahkan.
Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan event kerajinan internasional seperti JIFFINA yang sudah digelar ke enam kalinya ini telah menjadi semacam ikon bagi Yogyakarta.
“Event ini menjadi etalase yang menyajikan kekhasan etnik dari satu sudut nusantara yang berangkat dari kreasi seni budaya sekaligus ramah lingkungan,” kata Sultan.
Sehingga dalam ajang itu, produk yang ditampilkan perlu menerapkan sejumlah karakteristik utama.
Misalnya untuk produk kerajinan kayu seperti mebel.
Antara lain jenis kayu musti bersertifikat, mudah dibongkar dan didaur ulang, tahan lama dan mudah diperbaiki, berbahan insersi logam dan plastik daur ulang, berbahan kayu reklamasi dari produk lama dan menggunakan bahan bambu untuk aksesoris perabotan.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita mengungkap kinerja ekspor produk kerajinan furnitur asal Indonesia pada 2021 naik 33 persen.
Dari tahun sebelumnya USD 1,9 miliar menjadi USD 2,5 miliar.
PRIBADI WICAKSONO